
Data tahun 2022 menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan terkait kesehatan masyarakat di Kabupaten Solok Selatan, khususnya mengenai ancaman penyakit rabies. Berdasarkan laporan resmi dari Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan, tercatat setidaknya 188 kasus gigitan oleh hewan yang berpotensi menularkan rabies di wilayah tersebut. Angka ini menjadi sinyal waspada yang menuntut perhatian serius dari berbagai pihak, mengingat rabies merupakan penyakit fatal yang dapat dicegah melalui langkah-langkah proaktif seperti vaksinasi.
Ketika data tersebut dianalisis lebih dalam, anjing menjadi sorotan utama sebagai sumber gigitan terbanyak. Dari total kasus yang dilaporkan, sebanyak 143 insiden disebabkan oleh gigitan anjing. Angka ini secara signifikan melampaui kasus gigitan dari hewan lain seperti kucing yang berjumlah 35 kasus dan kera sebanyak 10 kasus. Dominasi anjing sebagai sumber gigitan menegaskan bahwa fokus utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian rabies di Solok Selatan harus diprioritaskan pada populasi hewan ini.
Sebaran geografis kasus menunjukkan adanya beberapa kecamatan yang menjadi titik panas (hotspot) gigitan hewan penular rabies. Kecamatan Sangir tercatat sebagai wilayah dengan jumlah insiden tertinggi, mencapai 64 kasus yang terdiri dari 50 gigitan anjing, 12 gigitan kucing, dan 2 gigitan kera. Wilayah lain yang juga menunjukkan angka signifikan adalah Kecamatan Sangir Balai Janggo dengan 33 kasus dan Kecamatan Sangir Jujuan dengan 30 kasus. Pemetaan ini sangat vital untuk menentukan alokasi sumber daya dan merancang intervensi yang tepat sasaran.
Menghadapi tantangan kesehatan masyarakat ini, kolaborasi menjadi kunci. Di sinilah peran mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi sangat strategis. Sebagai kelompok intelektual yang memiliki energi, waktu, dan idealisme, mahasiswa KKN dapat menjadi jembatan antara program pemerintah dan kebutuhan riil di masyarakat. Kehadiran mereka di tengah-tengah warga desa memberikan peluang untuk mempercepat dan memperluas jangkauan program kesehatan, termasuk program pencegahan rabies.
Secara konkret, mahasiswa KKN dapat terlibat langsung dalam membantu program vaksinasi rabies yang digalakkan oleh dinas terkait. Melihat data tingginya kasus di Kecamatan Sangir, tim KKN yang ditempatkan di sana bisa berkoordinasi untuk membantu petugas dalam pelaksanaan vaksinasi massal pada hewan peliharaan warga, terutama anjing dan kucing. Mereka dapat membantu dalam proses pendataan hewan, registrasi pemilik, sosialisasi jadwal, hingga menenangkan hewan saat proses vaksinasi berlangsung, sehingga program dapat berjalan lebih efisien dan menjangkau lebih banyak sasaran.
Lebih dari sekadar bantuan teknis, peran mahasiswa KKN yang paling berdampak adalah dalam bidang edukasi dan peningkatan kesadaran. Mereka dapat merancang program penyuluhan dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan warga di jorong-jorong dengan kasus tinggi di Sangir. Materi edukasi dapat mencakup bahaya penyakit rabies, pentingnya vaksinasi hewan peliharaan, serta langkah-langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi gigitan, sehingga masyarakat menjadi lebih berdaya dalam melindungi diri dan lingkungannya.
Pada akhirnya, data kasus gigitan hewan penular rabies tahun 2022 bukan sekadar angka statistik, melainkan sebuah panggilan untuk aksi bersama. Sinergi antara pemerintah daerah melalui dinas terkait dengan semangat pengabdian mahasiswa KKN dapat menciptakan sebuah kekuatan besar dalam memerangi rabies. Melalui upaya vaksinasi yang didukung penuh dan edukasi yang masif, diharapkan angka kasus gigitan di Solok Selatan dapat ditekan secara signifikan, membawa wilayah ini selangkah lebih dekat menuju status bebas rabies.